28 August 2012

Pernyataan Imam Syafi'i dalam Masalah Aqidah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Ramai antara kita mengaku pengikt mazhab imam syafi'e, tetapi masih tidak berapa tahu akan kefahaman imam syafi'e terutama dalam masalah mendasar, masalah aqidah, sehingga kadangkala perbuatannya menyelisihi terus syariat Islam dan dianggaplah perbuatan majoriti di sesetengah tempat adalah kefahaman Imam Syafi'i.

Maka, sehendaknya, kita perlu memahami apakah siapakah sebenarnya Imam Syafi'i, bagaimanakah iktikadnya, pemahamannya kerana beliau (Imam Syaf'i rahimahullah) adalah antara ulama yang menjadi ikutan ramai manusia yang berpegang teguh dengan manhaj salafussoleh.

Di bawah disertakan artikel berkenaan kenyataan imam Syafi'i dalam masalah akidah.

Semoga bermanfaat.

Zikri
Taman Tasek Putra
*baru pulang dari menjenguk anak kedua, Ummu Hani


PERNYATAAN IMAM SYAFI'I DALAM MASALAH AQIDAH
link: http://almanhaj.or.id/content/3342/slash/0/pernyataan-imam-syafii-dalam-masalah-aqidah/

Mengenal aqidah seorang imam besar Ahlu Sunnah merupakan perkara penting. Khususnya, bila sang imam tersebut memiliki pengikut dan madzhab yang mendunia. Karenanya, mengenal pernyataan Imam Syafi'i yang madzhabnya menjadi madzhab banyak kaum muslimin di negeri ini, menjadi lebih penting dan mendesak, agar kita semua dapat melihat secara nyata aqidah Imam asy-Syafi'i, dan dapat dijadikan pelajaran bagi kaum muslimin di Indonesia.
Untuk itu, kami sampaikan disini beberapa pernyataan beliau seputar permasalahan aqidah, yang diambil dari kitab Manhaj Imam asy-Syafi'i fi Itsbat al-Aqidah, karya Dr. Muhammad bin Abdil-Wahab al-'Aqîl.

PERNYATAAN IMAM SYAFI'I DALAM MASALAH KUBUR
1. Hukum Meratakan Kuburan.

وَ أُحِبُّ أَنْ لاَ يُزَادُ فِيْ القَبْرِ مِنْ غَيْرِهِ وَلَيْسَ بأَنْ يَكُوْنَ فِيْهِ تُرَابٌ مِنْ غَيْرِهِ بَأْسٌ إِذَا زِيْدَ فِيْهِ تُرَابٌ مِنْ غَيْرِهِ ارْتَفَعَ جِدًّا وَ إِنَّمَا أُحِبُّ أَنْ يُشَخِّصَ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ شِبْرًا أَوْ نَحْوِهِ

"Saya suka kalau tanah kuburan itu tidak ditinggikan dari selainnya dan tidak mengambil padanya dari tanah yang lain. Tidak boleh, apabila ditambah tanah dari lainnya menjadi tinggi sekali, dan tidak mengapa jika ditambah sedikit saja sekitar.

Saya hanya menyukai ditinggikan (kuburan) di atas tanah satu jengkal atau sekitar itu" [1]. (1/257)

2. Hukum Membangun Kuburan Dan Menemboknya.

وَ أُحِبُّ أَنْ لاَ يُبْنَى وَلاَ يُجَصَّصُ فَإِنَّ ذَلِكَ يُشْبِهُ الزِّيْنَةَ وَ الْخُيَلاَءَ وَ لِيْسَ الْمَوْتُ مَوْضِعَ وَاحِدٍ مِنْهَا زَلَمْ أَرَ قُبُوْرَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ الأَنْصَارِ مُجَصَّصةً قَالَ الرَّاوِيُ عَنْ طَاوُسٍ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ تُبْنَى أَوْ تُجَصَّصُ وَقَدْ رَأَيْتُ مِنَ الْوُلاَةِ مَنْ يَهْدِمُ بِمَكَّةَ مَا يُبْنَى فِيْهَا فَلَمْ أَرَ الْفُقَهَاءَ يُعِيْبُوْنَ ذَلِكَ

"Saya suka bila (kuburan) tidak dibangun dan ditembok, karena itu menyerupai penghiasan dan kesombongan, dan kematian bukan tempat bagi salah satu dari keduanya. Dan saya tidak melihat kuburan para sahabat Muhajirin dan Anshar ditembok".

"Seorang perawi menyatakan dari Thawus, bahwa Rasulullah n telah melarang kuburan dibangun atau ditembok".

Saya sendiri melihat sebagian penguasa di Makkah menghancurkan semua bangunan di atasnya (kuburan), dan saya tidak melihat para ahli fikih mencela hal tersebut [2]. (1/258)

3. Hukum Membangun Masjid Di Atas Kuburan.

وَ أَكْرَهُ أَنْ يُبْنَى عَلَى الْقَبْرِ مَسْجِدٌ وَ أَنْ يُسَوَى أَوْ يُصَلَّى عَلَيْهِ وَ هُوَ غَيْرُ مُسَوَى أَوْ يُصَلََّى إِلَيْهِ وَ إِنْ صَلَّى إِلَيْهِ أَجْزَأَهُ وَ قَدْ أَسَاءَ

"Saya melarang dibangun masjid di atas kuburan dan disejajarkan atau dipergunakan untuk shalat di atasnya dalam keadaan tidak rata atau shalat menghadap kuburan. Apabila ia shalat menghadap kuburan, maka masih sah namun telah berbuat dosa"[3]. (1/261).

PERNYATAAN IMAM SYAFI'I DALAM MASALAH FITNAH KUBUR DAN KENIKMATANNYA

وَ أَنَّ عَذَابَ القّبْرِ حَقٌّ وَ مُسَاءَلَةَ أَهْلِ ال} قُبُوْرِ حَقٌّ

Sesungguhnya Adzab kubur itu benar dan pertanyaan malaikat terhadap ahli kubur adalah benar [4]. (2/420)

PERNYATAAN IMAM SYAFI'I DALAM MASALAH KEBANGKITAN, HISAB, SYURGA DAN NERAKA

وَ البَعْثُ حَقٌّ وَ الْحِسَابُ حَقٌّ وَ الْجَنَّةُ وَ النَّارُ وَغَيْرُ ذَلِكَ مَا جَاءَتْ بِهِ السُّنَنُ فَظَهَرَتْ عَلَى أَلْسِنَىِ الْعُلَمَاءِ وَ أَتْبَاعِهِمْ مِنْ بِلاَدِ الْمُسلِمِيْنَ حَقٌّ

Hari kebangkitan adalah benar, hisab adalah benar, syurga dan neraka serta selainnya yang sudah dijelaskan dalam sunnah-sunnah (hadits-hadits), lalu ada pada lisan-lisan para ulama dan pengikut mereka di negara-negara muslimin adalah benar [5]. (2/426)

PERNYATAAN IMAM SYAFI'I DALAM MASALAH BERSUMPAH DENGAN NAMA SELAIN ALLAH

فَكُلُّ مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ كَرِهْتُ لَهُ وَ خَشِيْتُ عَلَيْهِ أََنْ تَكُوْنَ يَمِيْنُهُ مَعْصِيَّةً وَ أَكْرَهُ الأَيْمَانَ بِاللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ إِلاَّ فِيْمَا كَانَ طَاعَةً للهِ مِثْلُ الْبَيْعَةِ فِيْ الْجِهَادِ وَ مَا أَشْبَهَ ذَلِكَ

Semua orang yang bersumpah dengan selain Allah, maka saya melarangnya dan mengkhawatirkan pelakunya, sehingga sumpahnya itu adalah kemaksiatan. Saya juga membenci bersumpah dengan nama Allah dalam semua keadaan, kecuali hal itu adalah ketaatan kepada Allah, seperti berbai'at untuk berjihad dan yang serupa dengannya [6]. (1/271)

PERNYATAAN IMAM SYAFI'I TENTANG SYAFA'AT

فَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَتَهُ الْمُصْطَفَى لِوَحْيِهِ الْمُنْتَخَبَ لِرِسَالَتِهِ الْمُفَضَّلَ عَلَى جَمِيْعِ خَلْقِهِ بِفَتْحِ رَحْمَتِهِ وَ خَتْمِ نُبُوَّتِهِ وَ أَعَمَّ مَا أَرْسَلَ بِهِ مُرْسَلٌ قَبْلَهُ

Beliau (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ) adalah manusia terbaik yang dipilih Allah untuk wahyunya lagi terpilih sebagai Rasul-Nya dan yang diutamakan atas seluruh makhluk dengan membuka rahmat-Nya, penutup kenabian, dan lebih menyeluruh dari ajaran para rasul sebelumnya. Beliau ditinggikan namanya di dunia dan menjadi pemberi syafa'at, yang syafa'atnya dikabulkan di akhirat [7]. (1/291).

Beliau juga menyatakan tentang syarat diterimanya syafa'at:

وَاسْتَنْبَطْتُ الْبَارِحَةَ آيَتَيْنِ فَمَا أَشْتَهِيْ بِاسْتِنْبِاطِهَا الدُّنْيَا وَ مَا قَبْلَهَا (وَهِيَ قِوْلُهُ تَعَالَى) : يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۖ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ وَفِيْ كِتَابِ اللهِ هَذَا كَثِيْرٌ. (قَالَ تَعَالَى) : مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ فَعَطَّلَ الشُّفَعَاءَ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ

Semalam saya mengambil faidah (istimbâth) dari dua ayat yang membuat saya tidak tertarik kepada dunia dan yang sebelumnya. Firman Allah: … Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada keizinan-Nya …. -Yunus/10 ayat 3.

Dan dalam kitabullah, hal ini banyak: … Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?.... –al-Baqarah/2 ayat 256.
Syafa'at tertolak kecuali dengan izin Alllah [8]. (1/291).

PERNYATAAN IMAM SYAFI'I TENTANG SIFAT ISTIWA' BAGI ALLAH

الْقَوْلُ فِيْ السُّنَّةِ الَّتِيْ أَنَا عَلَيْهَا وَ رَأَيْتُ عَلَيْهَا الَّذِيْنَ رَأَيْتُهُمْ مِثْلَ سُفْيَانَ وَ مَالِكٍ وَ غَيْرِهِمَا الإقْرَارُ بِشَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ أَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ...

Pendapatku tentang sunnah (aqidah) yang saya berada di atasnya, dan saya lihat dimiliki oleh orang-orang yang saya lihat, seperti Sufyaan, Maalik dan selainnya, ialah berikrar dengan syahadatain (Lâ Ilâha illallah wa Anna Muhammadar-Rasulullah), (beriman) bahwa Allah berada di atas 'Arsy-Nya di atas langit, mendekat dari makhluk-Nya bagaimana Dia suka, dan turun ke langit dunia bagaimana Dia suka … (2/354-355)

PERNYATAN IMAM SYAFI'I TENTANG SIFAT NUZUL (TURUN) BAGI ALLAH

وَ أَنَّهُ يَهْبِطُ كُلَّ لِيْلَةٍ إِلَى سَمَاء الدُّنْيَا بِخَبَرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Allah turun setiap malam ke langit dunia dengan dasar berita Rasulullah n . (2/358).

وَ أَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ

Sesungguhnya Allah berada di atas 'Arsy-Nya di atas langit-Nya, mendekat dari makhluk-Nya bagaimana Dia suka, dan Allah l turun ke langit dunia bagaimana Dia suka. (2/358).

PERNYATAN IMAM SYAFI'I TENTANG SIFAT TANGAN BAGI ALLAH
Sesungguhnya Allah memiliki dua tangan dengan dasar firman Allah, (yang artinya): Orang-orang Yahudi berkata:"Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur`an yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. -Qs. al-Maidah/5 ayat 64.

Dan sungguh Dia juga memiliki tangan kanan dengan dasar firman Allah, (yang artinya): Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat, dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. -Qs. az-Zumar/39 ayat 67.

PERNYATAN IMAM SYAFI'I TENTANG MELIHAT ALLAH DI AKHIRAT

عَنِ الرَبِيْعِ بْنِ سُلَيْمَانَ قَالَ كُنْتُ ذَاتَ يَوْمٍ عِنْدَ الشَّافِعِيِ رحمه الله زَ جَاءَهُ كِتَابٌ مِنَ الصَّعِيْدِ يَسْأَلُوْنَهُ عَنْ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى : كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ فَكَتَبَ فِيْهِ لَمَّا حَجَبَ اللهُ قَوْمًا بِالسَّخَطِ دَلَّ عَلَى أَنَّ قَوْمًا يَرَوْنَهُ بِالرِّضَا قَالَ الرَّبِيعُ : أَوَتَدِيْنُ بِهَذَا يَا سَيِدِيْ قَألَ : وَ اللهِ لَوْ لَمْ يُقِنَّ مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيْسِ أَنَّهُ يَرَى رَبَّهُ فِيْ الْمَعَادِ لَمَّا عَبَدَهُ فِيْ الدُّنْيَا

Dari ar-Rabi' bin Sulaiman, beliau berkata: "Suatu hari saya berada di dekat asy-Syafi'i dan datang surat dari daerah ash-Sha'id. Mereka menanyakan kepada beliau tentang firman Allah, (yang artinya): Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka. -Qs. Muthaffifin/83 ayat 15- lalu beliau menulis (jawaban) berisi (pernyataan), ketika Allah menghalangi satu kaum dengan sebab kemurkaan, maka menunjukkan bahwa orang-orang melihat-Nya dengan sebab keridhaan".
Ar-Rubayyi' bertanya: "Apakah engkau beragama dengan hal ini, wahai tuanku?"
Lalu beliau menjawab: "Demi Allah! Seandainya Muhammad bin Idris tidak meyakini bahwa ia melihat Rabb-Nya di akhirat, tentu ia tidak menyembah-Nya di dunia". (2/286).

عَنِ ابْنِ هَرَمٍ الْقَرَشٍيْ يَقُوْلُ سَمِعْتُ الشَّافِعِيَ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى : كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ قَالَ فَلَمَّا حَجَبَهُمُ فِيْ السَخَطِ كَانَ دَلِيْلاً عَلَى أَنَّهُمْ يَرَوْنَهُ فِيْ الرِّضَا

Dari Ibnu Haram al-Qurasyi, beliau berkata: "Saya mendengar asy-Syafi'i mengatakan pada firman Allah l " Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka. - Muthaffifin/83 ayat 15-", ini adalah dalil bahwa para wali-Nya melihat-Nya pada hari Kiamat.[9] (2/387).

SIKAP IMAM SYAFI'I TERHADAP SYI'AH

عَنْ يُوْنُسِ بْنِ عَبْد الأَعْلِى يَقُوْلُ : سَمِعْتُ الشَّافِعِي إِذَا ذُكِرَ الرَّافِضَةُ عَابَهُمْ أَشَّدَّ الْعَيْبِ فَيَقُوْلُ شَرَّ عِصَابَةِ

Dari Yunus bin Abdila'la, beliau berkata: Saya telah mendengar asy-Syafi'i, apabila disebut nama Syi'ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: "Kelompok terjelek" [10]. (2/486).

لَمْ أَرَ أَحَدًا أَشْهَد بِالزُّوْرِ مِنَ الرَّافِضَةِ

Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi palsu dari Syi'ah Rafidhah [11]. (2/486).

قَالَ الشَّافَعِيُّ فِيْ الرَّافِضَةِ يَحْضُرُ الْوَقِعَةِ : لاَ يُعْطَى مِنَ الْفَيْءِ شَيْئًا لأَنَّ اللهَ تَعَالَى ذَكَرَ آيَةَ الْفَيْءِ ثُمَّ قَالَ : جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ فَمَنْ لَمْ يَقُلْ بِهَا لَمْ يَسْتَحِقَّ

Asy-Syafi'i berkata tentang seorang Syi'ah Rafidhah yang ikut berperang: "Tidak diberi sedikit pun dari harta rampasan perang, karena Allah l menyampaikan ayat fa'i (harta rampasan perang), kemudian menyatakan: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, …". -Qs. al-Hasyr/59 ayat 10- maka barang siapa yang tidak menyatakan demikian, tentunya tidak berhak (mendapatkan bagian fa'i) [12]. (2/487).

SIKAP IMAM SYAFI'I TERHADAP SHUFIYAH (TASHAWWUF)

لَوْ أَنَّ رَجُلاً تَصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُّهْرُ إِلاَّ وَجَدْتُه أَحْمَقُ

Seandainya seorang menjadi sufi (bertasawwuf) di pagi hari, niscaya sebelum datang waktu Zhuhur, engkau dapati ia, kecuali menjadi orang bodoh [13]. (2/503).

مَا رَأَيْتُ صُوْفِيًّا عَاقِلاً قَطْ إِلاَّ مُسْلِم الْخَوَاص

Saya, sama sekali tidak mendapatkan seorang sufi berakal, kecuali Muslim al-Khawash [14]. (2/503).

أُسَسُ التَّصَوُّفِ الْكَسَلُ

Asas tasawwuf adalah kemalasan [15]. (2/504).

لاَ يَكُوْنُ الصُّوْفِيْ صُوْفِيًّا حَتَّى يَكُوْنَ فِيْهِ أَرْبَعُ خِصَالٍ : كَسُوْلٌ , أَكُوْلٌ, شُؤُوْمٌ , كَثِيْرُ الفُضُوْلِ

Tidaklah seorang sufi menjadi sufi, hingga memiliki empat sifat: malas, suka makan, sering merasa sial, dan banyak berbuat sia-sia [16]. (2/504).

Demikian, sebagian pernyataan dan sikap beliau, agar diketahui bagaimana seharusnya mengikuti beliau dengan benar. Semoga bermanfaat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII/1429/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Syarah Muslim 2/666
[2]. al Umm 1/277 dengan sedikit perubahan
[3]. al Umm 1/278
[4]. al I'tiqad karya Imam al Baihaqiy
[5]. Manaqibus Syafi'i, karya Imam al Baihaqiy 1/415
[6]. al Umm 7/61
[7]. ar Risalah 12-13
[8]. Ahkamul Qur'an 2/180-181
[9]. al Manaqib dan I'tiqad 1/420
[10]. al Manaqib, karya al Baihaqiy 1/468
[11]. Adabus Syafi'i, hlm. 187, al Manaqib karya al Baihaqiy 1/468 dan Sunan al Kubra 10/208
[12]. at Thabaqat 2/117
[13]. al Manaqib lil Baihaqiy 2/207
[14]. al Manaqib lil Baihaqiy 2/207
[15]. al Hilyah 9/136-137
[16]. Manaqib lil Baihaqiy 2/207

16 August 2012

Anak kedua saya

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, isteri saya selamat melahirkan anak kedua di Hospital Kemaman, Terengganu pada jam 12.34 tengahhari, 26 Ramadhan 1433 Hijrah.

Saya tiada akaun facebook untuk memaklumkan kepada rakan-rakan saya tentang rezeki yang Allah kurniakan kepada kami di saat penghujung Ramadhan ini.

Maka, wajiblah zakat fitrah kepada anak kedua saya ini. Dia seorang perempuan, berat 2.7 kg. Alhamdulillah, sihat.

Wallahua'lam, sekian dimaklumkan.

Zikri
Perak

Larangan dalam Berjabat Tangan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Nak raya ni, eloklah saya poskan satu artikel berkenaan berjabat tangan. Maklumlah musim raya, adalah musim ziarah menziarahi dan pastinya amalan berjabat tangan biasa dilakukan ketika beraya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam suasana bersalam dalam masyarakat Melayu.

Contoh, membongkokkan badan, bersalam dengan wanita bukan mahram, bersalam lepas solat, berselawat ketika bersalam dll.

Mari kita baca larangan ketika bersalam. Semoga bermanfaat untuk bekal nak raya.

Zikri
Perak.

BEBERAPA PERKARA YANG DILARANG DAN MENYELISIHI SUNNAH DALAM BERJABAT TANGAN
 1. Berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram.
 Tidak diperbolehkan seorang lelaki berjabat tangan dengan wanita dan wanita berjabat tangan dengan laki laki yang bukan mahramnya. Sebagaimana dalam hadits :
إِنِّي لَا أُصَافِحُ النِّسَاءَ
Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita [18].

'Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata :

وَاللَّهِ مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْمُبَايَعَةِ مَا يُبَايِعُهُنَّ إِلَّا بِقَوْلِهِ
Demi Allâh,tidak pernah tangan Rasûlullâh menyentuh tangan wanita sama sekali dalam bai'at. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengambil bai'at (atas) mereka kecuali dengan perkataan .[19]

2. Waspadai berjabat tangan dengan al-amrad (anak muda ganteng yang belum tumbuh jenggotnya).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, "Dan hendaklah waspada dari berjabat tangan dengan al-amrad yang ganteng, karena melihatnya tanpa ada keperluan adalah haram berdasarkan pendapat yang shahih." [20]

Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, "Dan di kecualikan dari keumuman perintah untuk berjabat tangan yaitu berjabat tangan wanita lain (bukan mahram) dan amrad (anak muda) yang ganteng" [21]

3. Mengucapkan shalawat tatkala berjabat tangan.
Kebiasan sebagian kaum Muslimin apabila berjabat tangan mereka mengucapkan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan bahwa ini adalah perbuatan bid'ah yang tidak ada landasan dalam agama, karena mengucapkan shalawat adalah ibadah, dan tidak terdapat satu riwayatpun yang menjelaskan bahwa diantara tempat bershalawat adalah tatkala berjabat tangan. Maka jelaslah bahwa ia adalah perbuatan yang menyelisihi sunnah. Karena sekiranya hal itu adalah suatu ibadah dan kebaikkan maka tentu Rasul dan para shahabat yang akan lebih dahulu mengamalkannya.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya "Jalâ’ul afhâm fi Fadhli ash-Shalât 'ala Khairil Anâm" menyebutkan empat puluh satu (41) tempat yang disyari'atkan bershalawat padanya, dan tidak satu dari tempat tersebut diwaktu berjabat tangan. Ini memperkuat pernyataan diatas bahwa bershalawat tatkala berjabat tangan adalah perkara yang bid'ah yand tidak ada landasannya dalam agama, wallahu a'lam.
4. Berjabat tangan sesudah shalat antara makmum dengan imam atau antara para makmum.
 Amalan seperti ini tidak ada landasan dalam sunnah, tidak pernah dilakukan oleh rasul dan para shahabatnya, kecuali bila seseorang bertemu dengan teman atau saudaranya yang sebelumnya ia belum bersua, maka diperbolehkan baginya untuk berjabat tangan. Karena berjabat tangan disyari'atkan tatkala berjumpa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Adapun sesama jama'ah yang setiap hari dan waktu berjumpa di masjid atau mushalla, maka tidak disyari'atkan untuk berjabat tangan setiap selesai shalat, karena perbuatan seperti ini adalah perkara bid'ah yang telah dingkari oleh para Ulama.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun tradisi berjabat tangan yang dilakukan oleh menusia sesudah shalat Shubuh dan Ashar maka tidak ada landasan atau asalnya dalam syari'at seperti ini" [22]

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, "Adapun berjabat tangan setelah shalat fardhu maka tidak diragukan bahwa ia adalah bid'ah, kecuali diantara dua orang yang belum berjumpa sebelumnya, maka ia adalah sunnah sebagaimana yang Anda ketahui." [23]
Hukum ini pulalah yang di fatwakan oleh "Lajnah ad daimah" (komite fatwa di Saudi Arabia) seraya berkata, "Tradisi berjabat tangan setelah shalat fardhu antara imam dan makmum atau diantara para makmum, seluruhnya adalah bid'ah tidak ada landasannya. Oleh karena itu, wajib ditinggalkan, karena sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada landasan dari perintah kami maka tertolak" [24], dan adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama para shahabatnya, begitu juga para khalifah sepeninggalnya, mereka shalat bersama kaum Muslimin, namun tidak dinukilkan keterangan tentang rutinitas berjabat tangan setelah shalat. Padahal, sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan sejelek jelek perkara adalah yang baru, dan setiap perkar yang baru (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap yang bid'ah adalah sesat" [25].

Kesimpulan
 Demikianlah pembahasan singkat tentang hukum berjabat tangan dalam Islam, dari apa yang diutarakan bisa disimpulkan beberap poin berikut :

1. Berjabat tangan disyariatkan tatkala berjumpa dan berpisah, sekalipun kedudukannya tidak sama dengan waktu berjumpa.
 2. Berjabat tangan merupakan adab dan akhlak para shahabat sesama mereka tatkala bersua.
 3. Berjabat tangan diantara sebab pengampunan dosa.
 4. Tidak diperbolehkan berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
 5. Tidak disyari'atkan mengucapkan shalawat tatkala berjabat tangan, karena tidak ada dasarnya.
 6. Berjabat tangan setelah shalat adalah ritual yang bid'ah, kecuali antara dua orang yang belum bertemu sebelumnya.

Semogah Allâh Azza wa Jalla senatiasa membimbing kita dan seluruh kaum muslimin untuk mempelajari sunnah dan mengamalkannya serta menghiasi diri kita semua dengan ahklak islamiyah karimah, Amiin.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XV/1432/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

09 August 2012

Ayuh tingkatkan amal

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Saya ingin menyeru diri saya dan rakan-rakan pembaca blog untuk kita sama-sama menderaskan amal ibadah di hujung ramadhan ini.

Mungkin rezeki kita untuk bertemu dengan lailatul qadar.

Antara perkara-perkara yang kita boleh lakukan;

1. Menjauhi duduk depan TV sambil menonton rancangan-rancangan yang menarik. Pengalaman saya balik ke rumah saudara yang ada ASTRO, biasanya program-program islamik diselang seli dengan iklan yang mendedahkan aurat, dan wanita-wanita yang bertbarruj walaupun bertudung (contoh: TV Alhijrah). TV ini masih terlalu jauh untuk diberi standard TV Islam kerana terlalu bersangatan mendedahkan wajah wanita.

2. Mengurangkan masa berinternet. Mungkin boleh sekadar mengetahui isu-isu semasa.

3. Kemudian dengan masa yang banyak ini, kita bolehlah membaca al-qur'an dan berzikir mengisi masa-masa berbaki pada bulan Ramadhan.

Sekian sahaja untuk bulan Ramadhan ini, insya-Allah bertemu selepas Hari Raya Aidil Fitri.

Boleh baca artikel renungan di bulan Ramadhan; http://almanhaj.or.id/content/3332/slash/0/renungan-di-bulan-ramadhan/

Zikri
Perak
20 Ramadhan 1433 H

03 August 2012

Tanyakan mereka: Dimana Allah?

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Mungkin ada pihak tertentu yang merendah-rendahkan pertanyaan ini. Ketika dipertanyakan kepada mereka dimana Allah, mereka menjawab, kami tidak memerlukan soalan ini.

Atau, soalan ini hanya untuk tahap ulama sahaja.

Atau, masyarakat sekarang tak perlu tahu lagi soalan yang mendalam tentang akidah.

Hakikatnya, mari kita baca sedikit sirah tentang dialog Nabi Muhammad Sallallahu alaihiwasallam dengan hamba wanita pengembala kambing.


Imam Muslim dan lainnya telah meriwayatkan dari Muawiyyah bin al-Hakam as-Sulami Radhiyallahu ‘anhu ia berkata.

"Artinya : Aku memiliki sekawanan kambing yang berada diantara gunung Uhud dan Jawwaniyah, disana ada seorang budak wanita. Suatu hari aku memeriksa kambing-kambing itu, tiba-tiba aku dapati bahwa seekor serigala telah membawa (memangsa) salah satu diantara kambing-kambing itu, sementara aku seorang manusia biasa, aku menyesalinya, lalu aku menampar wanita itu. Kemudian kudatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kuceritakan kejadian tersebut kepadanya, beliaupun membesarkan peristiwa itu atasku, maka kukatakan (kepadanya) : 'Wahai Rasulullah, tidakkah (lebih baik) aku memerdekakannya?' Beliau berkata : 'Panggillah ia!' Lalu aku memanggilnya, maka beliau berkata kepadanya : 'Dimana Allah?' Wanita itu menjawab : 'Diatas'. Beliau bertanya lagi : 'Siapakah aku?' Ia menjawab : 'Engkau adalah utusan Allah!' Beliau berkata : 'Bebaskanlah (merdekakanlah dia)! karena sesungguhnya dia adalah seorang wanita yang beriman'." [Ahmad V/447, Muslim No. 537]
Lihatlah, betapa cerdiknya Rasulullah Sallallahu alaihiwasallam, menjadikan soalan dimana Allah sebagai soalan pertama untuk mengujinya.

Logiknya, kenapa Rasullullah tidak mempertanyakan soalan fiqh, muamalat, akhlak, tetapi mendahulukan soalan akidah, soalan di mana Allah?

****

Ketika saya melakukan umrah di Makkah tahun lepas, saya belikan satu buku kanak-kanak sebagai hadiah buat anak saya, AL-Faruq. Ternyata, soal jawab yang nombor 1 dalam buku kanak-kanak itu ialah ainallah(dimana Allah)? Jawabnya Fissama'(di atas).

Maka, bagaimana mungkin soalan untuk kanak-kanak ini dijadikan soalan yang ditertawakan oleh sesetengah orang malah diperlekehkan oleh sebahagian jemaah gerakan Islam di Malaysia ini?

Apabila akidah mereka tidak dapat disatukan di atas manhaj akidah yang murni, bagaimana mungkin hati-hati mereka dapat disatukan? Malah, ia hanya bertahan buat sementara waktu sahaja.

Ya, seperti yang saya perhatikan kepada apa yang berlaku dalam beberapa kelompok dakwah di Malaysia, mereka berdegung-degung dan bersemangat, mungkin untuk entah beberapa lama sahaja, kemudian mereka bercerai berai. Kemudian mereka mencari lagi massa(manusia), kemudian bercerai berai lagi, entah untuk seberapa lama, dan berpecah lagi dan lagi.

Ternyata, setelah saya membaca beberapa kalam ulama' salaf, (yang pastinya didasarkan kepada kefahaman al-qur'an dan hadith Nabi Sallallahu alaihi wasallam), apa yang mereka ungkapkan beberapa tahun dahulu, ada yang sudah berpuluh tahun dahulu, ternyata menjadi kenyataan.

Jika mereka meneliti kefahaman salafussoleh dalam hal ini(kepentingan mendakwah akidah kepada manusia), nescaya mereka akan meninggalkan apa yang mereka tunggangi, kepada apa yang telah difirmankan Allah Azza Wajal untuk diamalkan oleh segenap manusia.

Tetapi mereka tetap berpaling.

Saya mengajak pembaca membaca dialog Syaikh Nasiruddin Al Albani dengan seorang pemimpin parti. Mungkin ia boleh kita jadikan renungan,

Suatu ketika syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani rahimahullah pernah bertemu dengan salah seorang pemimpin partai Islam (dari Aljazair), Ali bin Hajj. Syaikh mengetahui sangat detail tentang kejadian yang terjadi pada mereka, dan telah sampai berita kepada beliau bahwa partai mereka mendapat dukungan jutaan pendukung. Diantara pertanyaan yang dilontarkan syaikh kepadanya yaitu yang saya nukil secara ringkas disini :

Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani rahimahullah bertanya : "Apakah setiap orang yang bersamamu (yang mendukung partaimu) mengetahui bahwa Allah bersemayam di atas Arsy?

Setelah terjadi dialog, dimana Ali bin Hajj berupaya untuk lari dari pertanyaan syaikh Al-Albani, dan syaikh-pun berupaya untuk menutup jalan keluar dari pertanyaan diatas, dia menjawab pertanyaan beliau dengan mengatakan : "Kami berharap demikian."

Syaikh berkata kepadanya : "Tinggalkan jawabanmu yang bersifat politis ini!"

Lalu, diapun menjawab dengan tegas bahwasanya mereka tidak mengetahui hal itu. Maka, syaikh berkata : "Cukuplah bagiku jawabanmu ini!"
Anda boleh membaca sebuah artikel terkait di http://almanhaj.or.id/content/2271/slash/0/dimana-allah/

Sekian,

Zikri
Taman Tasek Putra
14 Ramadhan 1433 H







01 August 2012

benarkah hadith ramadhan awal rahmah,tengahnya...

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

بســــم الله الرحمـــن الرحيـــم
نص السؤال
أولـــــه رحمـــــة وأوسطـه مغفـرة وآخـــــره عتـــق مــــــن النار
هـــل هو حديــث صحـــــيح

biasa diungkapkan oleh ramai orang, bahawa adanya hadith Bulan Ramadhan awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah (keampunan), dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.

adakah itu hadith sahih?

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:

فقد روي من حديث سلمان: وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار. رواه ابن خزيمة في صحيحه 1887 وقال: إن صح. والبيهقي في شعب الإيمان: 3608.
وفي سنده عليِّ بن زيد بن جدعان قال في الكشاف: علي بن زيد بن جدعان أحد الحفاظ ليس بالثبت، قال الدار قطني: لا يزال عندي فيه لين. ، وقال عنه الإمام أحمد وأبو زرعة -كما في الجرح والتعديل- ليس هو بالقوى. وعن يحيى بن معين: ليس بحجة.
وضعف الحديث الشيخ الألباني في السلسة الضعيفة، حديث رقم: 871 وقال: منكر.
وروي أيضًا من حديث أبي هريرة : أول شهر رمضان رحمة، وأوسطه مغفرة، وآخره عتق من النار. رواه ابن أبي الدنيا والخطيب وابن عساكر.
وضعفه الشيخ الألباني في ضعيف الجامع ، حديث رقم : 2135 ، وقال عنه في السلسة الضعيفة: 1569 : منكر.
والله أعلم.

saya ringkaskan (editor:zikri)
dalam kitab dhoiful jami' nombor 2135, dan berkata beliau (syaikh Al-Albani) dalam silsilah addhoifah:1569 : MUNGKAR.

link: http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=25773

kesimpulan: perkataan tersebut tidak mencapai darjat SAHIH dari Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam.