31 July 2012

Zakat Fitrah: dengan duit atau beras?

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

Antara hal yang paling utama yang harus diperhatikan oleh muslim semasa bulan Ramadhan adalah zakat fitrah.

Apakah boleh membayar zakat fitrah dengan wang atau mesti dengan makanan ruji utama suatu penduduk seperti beras, tepung dll?

Imam mazhab, Imam Syafie hanya membolehkan zakat fitrah dibayar dengan makanan, bukan dengan wang.

Dalam artikel ini, dijelaskan perihal zakat fithrah. semoga bermanfaat.

************
disalin dari link http://rumaysho.com/hukum-islam/zakat/3816-hukum-mengeluarkan-zakat-dengan-uang.html

Jika zakat harta yang kita bahas di atas boleh ditunaikan dengan uang atau yang senilai dengannya, berbeda halnya dengan zakat fithri. Zakat fithri harus tetap dengan makanan pokok dan tidak bisa diganti uang. Ada beberapa alasan dalam hal Ini:

1. Para sahabat mengkonversikan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum dengan setengah sho’ burr (sejenis gandum). Dalil-dalil yang dimaksud:
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
قَالَ فَرَضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ أَوْ قَالَ رَمَضَانَ عَلَى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ فَعَدَلَ النَّاسُ بِهِ نِصْفَ صَاعٍ مِنْ بُرٍّ
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri, atau zakat Ramadlaan bagi setiap laki-laki maupun wanita, orang merdeka maupun budak; berupa satu sho’kurma atau satu sho’gandum". Kemudian orang-orang menyamakannya dengan setengah sho’ burr.”[7]
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata,
فَعَدَلَ النَّاسُ بَعْدُ نِصْفَ صَاعٍ مِنْ بُرٍّ
Orang-orang menyamakan setelah itu dengan setengah sho’ burr”. Naafi’ berkata : “’Abdullah (bin ‘Umar) memberikan kurma. Lalu penduduk Madinah pun kesulitan untuk mendapatkan kurma, lalu ia (‘Abdullah) memberikan gandum.[8]
‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mengeluarkan zakat fithri satu sho’kurma atau satu sho’gandum”.

Ibnu ‘Umar berkata,
فَجَعَلَ النَّاسُ عَدْلَهُ مُدَّيْنِ مِنْ حِنْطَةٍ
Orang-orang menyamakannya dengan dua mudd (setengah sho’) hinthah (sejenis gandum).[9] Hadits-hadits di atas masih menunjukkan bahwa zakat fithri dengan makanan, bukan dengan uang, pakaian atau sesuatu yang senilai lainnya.

2. Hadits yang dipahami bolehnya zakat dengan qimah seperti diterangkan dalam hadits Anas mengenai surat Abu Bakr dan riwayat Mu’adz yang memerintahkan membayar zakat dengan pakaian, hanya berlaku untuk zakat harta yaitu zakat hewan ternak serta zakat gandum dan jagung (hasil pertanian), qimah-nya pun terbatas yang disebutkan dalam hadits.

3. Tujuan zakat fithri adalah untuk memberi makanan pada orang miskin. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.”[10] Sedangkan jika yang dibutuhkan fakir miskin adalah uang, emas, atau hewan ternak, maka diperoleh bukan dari zakat fithri tetapi dari zakat harta.

4. Fatwa dari Ibnu Taimiyah dimaksudkan untuk zakat harta dilihat dari contoh-contoh yang beliau sampaikan.

5. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah berpendapat sebagaimana Ibnu Taimiyah, yaitu asalnya mengeluarkan zakat harta sesuai yang diperintahkan dalam dalil kecuali jika ada maslahat boleh dikeluarkan dengan qimah. Namun untuk perihal zakat fithri, Syaikh Ibnu Baz tetap memerintahkan dengan makanan pokok, tidak bisa digantikan dengan qimah atau uang. Karena zakat harta dan zakat fithri adalah dua kewajiban berbeda.

Begitu pula zakat fithri harus dari makanan. Tidak boleh zakat fithri ditunaikan dengan barang lain yang senilai (qimah). Zakat fithri tetap dikeluarkan dengan makanan sebagaimana diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ
“(Zakat fithri itu) berupa satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum …[11] Para sahabat di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengeluarkan zakat dengan satu sho’ keju dan satu sho’ anggur. Semua ini dikeluarkan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang dimaksud satu sho’ untuk kewajiban zakat fithri adalah dari makanan pokok di negeri masing-masing seperti beras. Jadi wajib mengeluarkan zakat fithri dengan makanan pokok yang ada di negeri masing-masing berupa beras, kurma, gandum, jagung atau semacamnya. Inilah pendapat yang dianut mayoritas ulama. Adapun dengan qimah tidaklah dibolehkan untuk zakat fithri. Pendapat yang menyatakan zakat fithri boleh dengan qimah (uang) adalah pendapat yang lemah dan marjuh (tidak kuat). [12]

Intinya, zakat fithri tetap ditunaikan dengan satu sho’ dari makanan pokok, bukan dengan qimah atau uang. Lihat bahasan Panduan Zakat Fithri dan Hukum Zakat Fithri dengan Uang.
Semoga Allah memberi hidayah demi hidayah.

29 July 2012

Jika anda mahu jadi Orang Sunnah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Kadangkala saya harus membuka website selain dari bahasa arab dan bahasa Melayu untuk mendapatkan ilmu. Alhamdulillah website embodyislam ada menyediakan ilmu yang saya ingini.

Tambahan pula ia ditulis oleh murid ulama yang istiqomah di atas manhaj nubuwwah.

Kali ini saya sertakan artikel "Jika anda mahu jadi Orang Sunnah". Anda boleh rujuk apakah prinsip-prinsip yang harus ada bagi para pejuang sunnah dan dakwah di zaman ini.

Semoga Allah memelihara kita semua. Ameen.

Zikri
Perak
9 Ramadhan 1433 H
29072012


As-Salaamu ‘Alaykum,

Bismillah,

All praise is due to Allah, and may exaltation and safety be granted to Muhammad, his family, his companions, and those who aid them. To proceed:

The people of the Sunnah (1) have foundations and a methodology that they have adhered to since the earliest times of Islam, and these principles and methodology are what distinguish them from others.

The noble Shaykh, Dr. Muhammad Ibn ‘Abdul-Wahhaab al-‘Aqeel (2), may Allah preserve him, presented a summarized version of these foundations and methodology in five principles (3). This was done during a recorded explanation of Ibn Abee Dawood’s [d. 316 AH] well-known poem on creed, “al-Haa’iyyah.”

Before the reader are my own personal shorthand notes from that portion of the lecture. I ask Allah, the Most High, to make this effort solely for Him, and to make it a source for understanding the creed (4) and methodology (5) of the People of the Sunnah.

Principle #1: Understanding the Qur’aan and Sunnah by their apparent meanings, especially in issues related to creed.

Connected to the topic [of understanding creed] are a few points: not separating the Qur’aan from the Sunnah, giving the upmost importance to the Sunnah, and accepting and implementing all authentically reported hadeeth related to ‘aqeedah, whether they be widely-narrated (6) or not (7).
 Question: What represents an apparent meaning? Anyone who claims that he is carrying a text upon its apparent meaning must be scrutinized by what follows:

1. That the [claimed] apparent meaning is in accordance with other verses of the Qur’aan and wordings of the Sunnah;

2. That the [claimed] apparent meaning is in agreement with the understanding of the pious predecessors: the Companions and those upon their way;

3. That the [claimed] apparent meaning is in agreement with Arabic language;

4. That the [claimed] apparent meaning is in agreement with sound natural disposition

Principle #2: Giving upmost importance to narrations of the pious predecessors: the Companions and those upon their way, and giving their understandings precedence over ours. This is something that distinguishes the People of the Sunnah

Principle #3: Guarding our intellects from that which it cannot fathom in affairs of creed, especially affairs of the unseen

Allah, the Most High, said: “Whatever the Messenger gives you, take it, and whatever he prohibits you from, stay away from it.” [Soorah al-Hashr (59): 7]

The mind has a limit and boundary, just as the eyes do.

Principle #4: Abandoning sitting with the people of innovation, abandoning reading their books, and not debating with them – also, from the angle of current affairs, abandoning visiting their websites and watching their channels.

This (point #4) is a foundation of the People of the Sunnah, and it represents loving and hating for the sake of Allah.

The People of the Sunnah stay away from the people of innovation for the following reasons:

1. Due to their harm to the Muslims, and if the People of the Sunnah were to mix with them, the general population would not know who to follow, and they would not know who is correct from who is incorrect, mixing with them gives the false-notion that everyone is equal;

2. A representation of Islamic allegiance and Islamic disownment;

3. Protecting one’s self from the disease of doubts that the people of innovation spread;

The Messenger of Allah, may Allah exalt his mention and grant him safety, said: “Flee from the leper as you would flee from a lion.” [al-Bukhaaree]

4. As a punishment for them for leaving off the Sunnah;

5. As a cure for them, so they don’t think that their behavior is correct

Principle #5: The people of the Sunnah show love for all of the Muslims, and they strive to bring them together upon the truth (8).  We must add this last part: upon the truth. Allah, the Most High, says: “Indeed, the Believers are brothers.” [Soorah al-Hujaraat (49): 9] (9)

I ask Allah to make me and you from those who bring the Sunnah to life and from those who cause innovation to die.

I also ask Him, from His favor and generosity, to make us from those who strengthen the hearts of the people of truth, and from those who deflate the souls of the people of desires. (10)


--------------------------------------------------------------------------------

(1) Ahlul-Sunnah wal-Jamaa’ah

(2) A lecturer at the Islamic University of al-Madeenah.

(3) [TN]: “Focus on learning principles; they are a way to efficiently organize various issues,” Imam as-S’adi, al-Qawaa’id al-Fiqhiyyah, Line #8.

(4) al-‘aqeedah

(5) al-manhaj

(6) mutawaatir

(7) aahaad

(8) [TN]: In contrast to the erroneous methodology of the Muslim Brotherhood and those who apply their principles. They seek to unite the Muslims upon any and everything, applying the unrestricted principle of their founder: “We will overlook what we disagree about and cooperate on what we agree upon.” May Allah protect us.

(9) The original audio for this recorded lecture can be accessed here: al-Haa’iyyah – Class#1 (21:40m-52:00m)

(10) Taken from the foreword of Imam al-Aajooree’s book “ash-Sharee’ah, 1/159.
link: http://embodyislam.org/2012/07/28/if-you-want-to-be-from-the-people-of-the-sunnah-2/

28 July 2012

Surau taman tasek putra

Di sini saya bertaraweh.


25 July 2012

Kelompok dakwah di Malaysia

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Di Malaysia terdapat pelbagai organisasi dakwah dengan beraneka ragam sifatnya. Antara mereka ada yang berpegang dengan manhaj ikhwanmuslimin (IM). Manhaj ikhwan muslimin mungkin dianggap oleh mereka yang pro IM adalah jemaah dakwah terbesar di dunia dengan mungkin yang paling ramai ahlinya.

Bagaimanapun, bukanlah kebenaran itu diukur dengan banyak atau sedikit jumlahnya.

Di Malaysia, mereka yang mengaku IM terlalu banyak. Ada yang sudah punya nama yang cukup gah, ada yang tak berdaftar dengan Pendaftar Pertubuhan (ROS), ada yang sedikit ahli, yang ramai ahli, aktif mahupun pasif. Kesimpulannya, orang yang mengaku dan mengikut manhaj IM di Malaysia ramai dan mereka semua terpecah-pecah kepada banyak kelompok.

Dan mereka akan terus terpecah, insya-Allah. Pecah menanti belah seperti yang telah berlaku sejak beberapa tahun kebelakangan ini.

Sedangkan Allah Azza Wajalla menyuruh hambanya bersatu dalam jamaah (yakni jamaah orang Islam), bukan jemaah kelompok yang difahami oleh mereka.

Bersatu dibawah pemerintah Islam, tidak berpecah dan mengadakan kelompok-kelompok baharu yang berlawanan dengan prinsip ahlus sunnah wal jamaah.

Allah berfirman.

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya". [Al An’am:153].
Seperti kata-kata bijak pandai, yang terpecah untuk akan selamanya terus terpecah. Ya, itu terbukti dan disaksikan oleh ramai manusia yang pernah menyaksikannya.

Sama ada mereka sedar atau tidak, dakwah yang terpecah tidak kemana-mana. Hanya menghasilkan keburukan disebalik mungkin kebaikan yang terlalu sedikit jika ingin dibandingkan dengan keburukan yang terhasil darinya.

Mereka menafsirkan qur'an dan hadith sesukanya, tanpa merujuk apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan ayat tersebut. Apakah yang sebenarnya dimaknakan oleh Nabi Muhammad Sallallahu alaihiwasallam dalam hadith yang diucapkannya.

Ayat ke 4 surah Soff diputarbelit hingga ayat tersebut digunakan untuk menghalalkan organisasi mereka yang jauh dari prinsip ahlussunnah wal jamaah.




إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang berperang di jalanNya dalam Sof, seperti bangunan yang tersusun kukuh.

Mereka mengatakan sof itu adalah seperti jamaah dakwah mereka. Bangunan yang kukuh itu organisasi-organisasi mereka.

Maka dikatakan kepada mereka, mereka memahami ayat-ayat mengikut hawa nafsu mereka.

Sedangkan dalam tafsir Ibnu Kathir, ayat itu adalah berkenaan peperangan, bahawa Rasulallah tidak menyerang musuh kecuali membariskan pasukan dan merapatkan barisan.

Bagaimana mungkin mereka yang berdakwah di Malaysia dengan terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok dapat mengaplikasikan ayat 4 surah assof ini?

Jauh sekali dan tidak langsung dapat dipadankan.

Malah ayat itu tertimpa di atas kepala mereka sendiri supaya sedar dan ingat, untuk menjauhi semangat taklidkan kelompok mereka dan kembali bersatu di atas jalan agama Islam yang suci murni ini. Jauh dari berkelompok-kelompok dan berpecah belah dalam urusan dakwah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda.

تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِيْ

"Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian satu peninggalan, selama kalian berpegang teguh dengannya setelahku, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitab Allah dan Sunnahku".

Dan benarlah perkataan Imam Malik rahimahullah yang sangat terkenal,“Tidak akan baik akhir umat ini, kecuali dengan apa yang membuat awalnya menjadi baik.”
Apatah lagi dalam mengaplikasikan dakwah mereka itu, mereka mewujudkan pelbagai bid'ah-bid'ah. amalan agama yang tidak pernah terwujudkan di zaman baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka, itu sahaja sudah cukup untuk menjadikan mereka akan terus berpecah dan tidak akan sekali-kali bersatu.

**********

AKIDAH TIDAK MENJADI POKOK UTAMA DAKWAH MEREKA

Setelah diamat-amati, mereka lebih suka mengumpulkan massa(manusia) berbanding menekankan permasalahan akidah. Malah ada antara mereka yang sudah berkecimpung dalam dakwah bertahun-tahun masih lagi cetek ilmu-ilmu akidah.

Mereka suka kalau mereka menunggangi ramainya manusia dalam kelompok mereka. Manusia yang ada di dalamnya direkrut supaya meramaikan lagi manusia, sedangkan permasalahan akidah dikemudiankan. Kemudian, menjadilah mereka manusia yang letih dan layu ditengah perjalanan.

Saat manusia yang berada bersama mereka tidak lagi mampu menahan beban dakwah, ditambah dengan jahilnya dalam permasalahan akidah dan ibadah, mereka keluar dan mencari kelompok-kelompok dakwah lainya. Menjadilah kerosakan itu lebih besar dari kerosakan yang dilakukan sebelumya.

Saat mereka menerima kebatilan yang diangap kebenaran, mereka akan jadi terlalu sukar untuk menerima kebenaran yang sebenar-benarnya.

Mereka akan terus menganggap perlunya berpatisipasi dalam kelompok dakwah untuk menegakkan Islam.

Hakikatnya, mereka menjahanamkan dakwah, bukan menegakkannya.

Semoga Allah memberikan kita petunjuk dan hidayahNya.

Zikri
Taman Tasek Putra, Tronoh,
Perak.

*sangat digalakkan membaca artikel berikut untuk menguatkan lagi kefahaman tentang manhaj dakwah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
http://almanhaj.or.id/content/727/slash/0
http://almanhaj.or.id/content/2913/slash/0

5 Ramadhan 1433 H
25/07/2012


22 July 2012

Ramadhan masa untuk berhijrah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Sedar tak sedar, malam ini sudah pun menjengah 3 Ramadhan. Bermakna sudah 2 hari puasa sudah pun dilalui.

Bagi yang sedar, mereka akan cuba muhasabah apa yang telah dilakukan untuk 2 hari puasa, jika kurang, berazamlah untuk tambah, jika sudah menambah amalan, berazamlah untuk konsisten.

HIJRAH DALAM DAKWAH

Bagi pendakwah, bulan Ramadhan adalah momen yang sangat penting untuk muhasabah. Dalaman perlu dikuatkan untuk berhadapan dengan umat. Kalau iman dan amal lekeh, bagaimana nak merubah umat!

Kalau ilmu di dada masih kurang dan cetek, maka, Ramadhan adalah masa yang sangat berharga untuk menilai, di sisi manakah ilmu perlu ditambah. Dan pastinya yang paling penting untuk diperhatikan ialah ilmu akidah.

ILMU AKIDAH ialah ilmu yang nombor 1 penting berbanding ilmu-ilmu lain.

Jangan nanti ada yang kata ilmu tajwid paling penting sebab nak ajar madu baca qur'an.

Jangan nanti ada yang kata ilmu fiqh penting sebab nak jadi macam ustaz dan ustazah pada rakan-rakan sebilik.

Jangan nanti ada yang kata ilmu politik penting sebab nak berhadapan dengan pemerintah dan masyarakat yang pelbagai ragam.

TIDAK..

ILMU AKIDAH adalah ilmu yang paling penting dan asas untuk dipelajari.

Tidak sayugia seorang pendakwah tidak mendalam pengetahuannya dalam hal akidah.

Bila ditanya dimana Allah? ada yang menjawab Allah dimana-mana. Tak tahu. Allah ada dimana yang Dia nak ada.

Itu adalah jawapan orang-orang yang tak layak jadi pendakwah. Malah, tidak boleh berdakwah kerana ia akan merosakkan pemikiran umat. Seharusnya dia duduk dalam majlis ilmu dan istiqomah sehingga dia faham benar tentang akidah.

Dan dia berasa yakin dengan hujah yang dia ingin sampaikan.

Dan ia tidak mengambil masa yang singkat. Mungkin bertahun-tahun. Mustahil hanya dalam 3 bulan, ia boleh jadi pendakwah yang berdakwah seantero Malaysia.

Banyak jemaah di Malaysia yang cuba menjadikan pengikutnya pendakwah ekspres. Baru usrah 2 ke 3 kali, sudah boleh jadi pendakwah dan berdakwah di merata tempat. Sedangkan didapati pada dirinya terdapat banyak hal yang masih boleh dibaiki. Ilmunya masih boleh dikayakan lagi dengan ilmu quran dan sunnah.

Allahu musta'an. Semoga Allah membantu kita menjadi pendakwah yang berdakwah mengikut tahapan dan manhaj Nabi Muhammad Sallahualaihwasallam.

Bezakan antara mengajak dan berdakwah.

Ya, kita akan ajak kawan-kawan kita untuk mendengarkan ilmu-ilmu Islam, tetapi untuk menyampaikan ilmu-ilmu Islam, ia memerlukan banyak masa.

Imam Assyafie mengatakan seorang penuntut ilmu itu perlu MASA YANG PANJANG. ya, dengan amsa yang panjang, kita bukan sekadar dapat memperolehi ilmu, tetapi juga mempunyai masa untuk muhasabah, apatah lagi buat penuntut ilmu.

Semoga Allah menjadikan bulan Ramadhan ini bulan hijrah untuk kita semua.

Hijrahlah kerana Allah.

Fahamilah bahawa anda akan diminta pertanggungjawapan atas apa yang anda sampaikan.

Ya, saya yang sedang menulis juga sedang diperhatikan Allah. Semoga Allah menilai ini sebagai satu amalan yang akan diterima oleh-Nya.

Berikut saya sertakan beberapa syarat terpenting untuk menjadi pendakwah seperti yang ditulis oleh Syaikh Fawzan, semoga kita mendapat manfaatnya.

*******
Pertama : Seorang dai, hendaklah membekali diri dengan ilmu. Apabila seorang dai mengajak kepada Islam, hendaklah ia memiliki pengetahuan tentang Islam; karena mustahil seseorang mengajak kepada sesuatu yang ia tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya:

"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata". [Yûsuf /12 : 108]
Kedua : Hendaklah tujuan utamanya ialah ikhlas karena Allah dan hanya meraih ridha Allah, serta memberikan manfaat kepada orang lain, bukan karena riya', sum'ah, ingin mendapat ketenaran dan keinginan pribadi lainnya. Apabila seorang dai mengedapankan hal-hal tersebut, maka dakwahnya bukan mengajak kepada Allah tetapi mengajak kepada dirinya, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Aku mengajak (kamu) kepada Allah" [Yûsuf/12 : 108]

Dakwah juga bukan mengajak kepada golongan dan kelompok serta madzhab tertentu, atau selain ajaran Rasulullah. Demikian pula, dakwah bukanlah sarana untuk mencari dunia. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu," [al-Furqân/25 : 57]

Ketiga. Memulai dengan yang terpenting.
Masalah terpenting di dalam agama Islam adalah masalah aqidah. Oleh sebab itu, seorang dai hendaklah memulai dakwahnya dengan menjelaskan aqidah yang benar sebelum dia menyampaikan yang lainnya. Inilah yang diwasiatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ

"Sesunguhnya engkau akan mendatangi satu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada syahadat La Ilaha Illallah wa Anna Muhammadar-Rasulullah. Kalau mereka menerima, sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka menerima, sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan dibagikan untuk orang miskin" [HR Bukhâri]

Zikri
Taman Tasek Putra, Tronoh, Perak, Malaysia.
3 Ramadhan 1433 H.

***saya menggalakkan pembaca membuka link di bawah untuk meneliti secara terperinci garis panduan yang ditetapkan oleh ulama untuk menjadi pendakwah.

Jauhi bid'ah di bulan Ramadhan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Sudah menjadi kebiasaan di mana2 masjid di Malaysia, pad abulan Ramadhan, berpusu-pusulah Muslim lelaki dan wanita ke masjid untuk solat sunat Taraweh.

Malangnya, ketika mereka di masjid, mereka (orang awam) terikut-ikut dengan amalan-amalan bid'ah yang pastinya tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad sallallahu alaihiwasallam.

1. Berzikir beramai-ramai secara kuat dan serentak
2. Malaunkan lafaz selawat secara kuat sebelum taraweh bermula dan selang 2 rakaat taraweh.
3. bacaan zikir kuat selepas selesai solat taraweh.
4. Bacaan tahlil berjamaah dengan kuat sebelum berbuka puasa.
5. Mengerjakan solat taraweh dengan sangat cepat seperti ayam mematuk makanan.
dan lain-lain lagi.

Saya menganjurkan pembaca membaca artikel di link http://almanhaj.or.id/content/3145/slash/0 untuk memahami serba sedikit tentang permasalahan ini.

Wallahualam.

Zikri
Tmn Tasek Putra, Tronoh, Perak.
22072012
Malam 2 Ramadhan 1433 H.

20 July 2012

Jangan lupa bersahur!

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

HUKUMNYA
Sahur hukumnya adalah mustahab (disunnahkan) bagi orang yang berpuasa karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

"تَسَحَّرُوْا! فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ."

“Bersahurlah kalian karena dalam bersahur tersebut terdapat keberkahan.” [8]

Dan dalam riwayat yang lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"فَصْلٌ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ، أَكْلَةُ السَّحَرِ."

”Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahlul Kitab adalah makan Sahur.” [9]

Maka, dengan makan Sahur berarti telah menyelisihi ahlul Kitab.

Imam an-Nawawi berkata, “Artinya, pemisah dan pembeda antara puasa kita dengan puasa mereka adalah sahur, karena mereka tidak bersahur sedang kita dianjurkan untuk bersahur.” [10]

Makan Sahur dapat berupa sesuatu yang paling sedikit untuk disantap oleh seseorang, baik berupa makanan maupun minuman. [11]

KEUTAMAAN SAHUR DAN KEBERKAHANNYA
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"تَسَحَّرُوْا! فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ."

“Bersahurlah, karena pada makan Sahur itu ada keberkahan.” [12]

Dan diriwayatkan dari al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu anhu[13] , ia berkata: “Aku telah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil seseorang untuk makan Sahur seraya bersabda:

"هَلُمَّ إِلَى الْغَدَاءِ الْمُبَارَكِ."
“Kemarilah untuk menyantap makanan yang diberkati.” [14]

Makan Sahur memiliki keberkahan dunia dan akhirat, Imam an-Nawawi rahimahullah berkata saat menjelaskan keberkahan Sahur, “Keberkahan yang terdapat pada makan Sahur sangatlah jelas sekali, karena ia menguatkan untuk berpuasa dan membuatnya bergairah untuknya serta mendapatkan keinginan untuk menambah puasa oleh karena ringannya kesulitan padanya bagi orang yang bersahur.” Dikatakan: “Sesungguhnya ia mengandung terjaga dari tidur, dzikir dan do’a pada saat itu, dimana waktu tersebut adalah waktu turunnya Malaikat, penerimaan do’a dan istighfar, dan kemungkinan ia mengambil wudhu’ lalu shalat atau terus melanjutkan terjaga untuk dzikir, do’a, shalat atau mempersiapkan diri untuk shalat hingga terbit Fajar.” [15]

Yang benar, bahwa keberkahan meliputi semua itu dan hal-hal lain dari manfaat-manfaat Sahur, baik duniawi maupun ukhrawi, dan bahwa makan Sahur mencakup makanan dan minuman, sedangkan kata kerjanya adalah التَّسَحُّرُ.

Dalam kitab Fat-hul Baari, Ibnu Hajjar berkata: “(Pendapat) yang terbaik adalah, bahwa keberkahan dalam makan Sahur dapat diperoleh dari banyak segi, yaitu mengikuti Sunnah dan menyalahi ahlul Kitab, taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beribadah, menambah semangat beramal dan mencegah akhlak yang buruk yang diakibatkan oleh kelaparan, menjadi sebab bersedekah kepada siapa yang meminta saat itu atau berkumpul bersama dengannya untuk makan, membuatnya berdzikir, berdo’a pada waktu-waktu dikabulkannya do’a, memperbaiki niat puasa bagi mereka yang melalaikannya sebelum tidur, Ibnu Daqiqil ‘Ied [16] berkata, ‘Keberkahan ini dapat juga berlaku terhadap hal-hal ukhrawi karena dengan menegakkan Sunnah, maka akan diganjar dan bertambahnya Sunnah (yang dilakukan), begitu pula bisa saja berlaku terhadap hal-hal duniawi, seperti kekuatan tubuh untuk berpuasa dan juga memudahkan dirinya tanpa ada bahaya bagi orang yang melaku-kan puasa.’” [17]

[Disalin dari buku At Tabaruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu, Judul dalam Bahasa Indonesia Amalan Dan Waktu Yang Diberkahi, Penulis Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]

artikel penuh di http://almanhaj.or.id/content/3310/slash/0

19 July 2012

Bolehkah wanita beriktikaf?

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Berikut adalah jawapan oleh Syaikh Ibn Baz kepada pertanyaan wanita beriktikaf di masjid.


هل يجوز للمرأة أن تعتكف في المسجد في العشر الأواخر من رمضان ؟ .

Apakah dibolehkan perempuan beriktikaf di masjid pada 10 hari terakhir ramadhan?

الحمد لله

نعم ، يجوز للمرأة أن تعتكف في المسجد في العشر الأواخر من رمضان .

Ya, boleh wanita beriktikaf di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan

بل الاعتكاف سنة للرجال والنساء ، وقد كانت أمهات المؤمنين رضي الله عنهن يعتكفن مع النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في حياته ، واعتكفن بعد وفاته صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .

Bahkan ia sunat bagi lelaki dan wanita, dan para ummahatulmukminin beriktikaf bersama nabi Sallallahualaihiwasallam pada masa hidupnya, dan beriktikaf selepas kewafatannya Nabi Sallallahualaihiwasallam.

روى البخاري (2026) ومسلم (1172) عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ .

Hadith dari Bukahri Muslim

Sesungguhnya Nabi Sallallahualaihiwasallam beriktikaf pada 10 hari terakhir ramadhan hingga wafat. Kemudian isteri-isterinya beriktikaf selepasnya(selepas kewafatannya)

قال في "عون المعبود" :

فِيهِ دَلِيل عَلَى أَنَّ النِّسَاء كَالرِّجَالِ فِي الاعْتِكَاف اهـ

Di dalam kitab Awn Ma'bood, Ini merupakan dalil bahawa wanita sama seperti lelaki dalam hal iktikaf

قال الشيخ عبد العزيز ابن باز رحمه الله :

" الاعتكاف سنة للرجال والنساء لما ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يعتكف في رمضان ، واستقر أخيرا اعتكافه في العشر الأواخر، وكان يعتكف بعض نسائه معه ، ثم اعتكفن من بعده عليه الصلاة والسلام ، ومحل الاعتكاف المساجد التي تقام فيها صلاة الجماعة ." والله اعلم .
Kata Syaikh Ibnu Baz, Iktikaf sunnah bagi lelaki dan wanita, seperti mana telah tsabit dari Nabi Sallallahu alaihiwasallam, bahawa beliau beriktikaf dalam bulan Ramadhan.
Dan baginda terus beriktikaf di 10 hari terakhir Ramadhan. Dan sebahagian isterinya beriktikaf bersamanya (bersama Nabi Sallallahialaihiwasallam). Kemudian mereka meneruskan iktikaf selepas kewafatannya.
Dan tempat iktikaf di masjid adalah tempat solat berjamaah didirikan.

Wallahua'lam.
Diterjemah oleh Abu Faruq Zikri

19072012
28 syaaban 1433H
rujukan: web syaikh ibn baz
bacaan tambahan: http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-ringkas-itikaf-3.html


16 July 2012

Islam agama wahyu

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Penulis: Abu Faruq Zikri

Sesungguhnya agama Islam dibina dengan wahyu dari Allah Taala, ditunjukkan oleh para utusannya (para Rasul dan Nabi). Allah memelihara agama ini dengan diturunkan rasul dan nabi untuk membimbing umat menuju jalan yang benar.

Maka, Islam bukan didasari dengan semangat dan emosi, tetapi ia berdasarkan wahyu dari Allah. Ia jelas dari apa yang didapati dari Al Quran dan Hadith Nabi Sallallahu alaihiwasallam.

Setiap dari kita pasti akan dipertanyakan tentang amal-amal kita. Semuanya akan dihisab oleh Allah Azzawajal di akhirat kelak.

Rugilah orang yang mengamalkan Islam hanya ikut-ikutan, tidak berilmu dan menyimpang dari jalan-jalan sunnah. Sedangkan yang hak itu jelas lagi terang bersuluh. Manakala yang batil juga sudah dijelaskan oleh nabi junjungan kita.

Nun disana, berapa ramai lagi masyarakat yang masih belum faham akan Islam. Ketika mereka menghendaki kebaikan, yang mereka nampak ialah parti-parti politik Islam. Parti politik Islam dianggap boleh memberikan kebaikan buat Islam.

Saya ambil contoh PAS (Parti Islam Se-Malaysia), sebuah parti politik Islam yang sudah lama ditubuhkan. Ramai rakyat Malaysia yang menginginkan kebaikan menyertai PAS, sedangkan berapa banyak lagi pilihan untuk berbuat kebaikan selain dari menyertai PAS.

Akhirnya, mereka terikut sama bersama beberapa pimpinan PAS, mencaci, mengutuk dan mengaibkan pemerintah di khalayak. Wanauzubillah!

Asalnya mereka menginginkan kebaikan, tetapi akhirnya mereka terjerat dalam kebatilan menegur pemerintah.

Ya, begitu juga UMNO. Ada yang inginkan perjuangan membela bangsa, akhirnya sebahagian dari mereka tidak putus-putus mencari-cari kesalahan di pihak lainnya. Mereka juga terpalit dengan beberapa syubhat yang tidak sepatutnya dilakukan.

Begitulah syubhat demokrasi. Ternyata orang-orang kafir menghendaki umat Islam berpecah belah. Dan orang Islam turut serta membantu mereka.

Tiada kekuatan melainkan kekuatan dari Allah.

Saya doakan agar Malaysia menjadi negara yang aman dan makmur serta pemimpin yang taat kepada Allah.

Sekian,
Zikri
Taman Tasek Putra, Tronoh, Perak.
16072012

silakan baca tentang demokrasi di link http://almanhaj.or.id/content/2672/slash/0





15 July 2012

Salafi bukan kelompok, tetapi manhaj.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Terdapat beberapa kawan2 yang masih memahami salaf dari kaedah yang tidak benar, mereka memahami bahawa salaf ini kelompok sama seperti wujudnya kelompok2 dakwah di Malaysia atau di negara lainnya.

Tidak, ia tidak benar. Salafi bukan kelompok. Salafi ialah satu manhaj, cara memahami dan kaedah beragama.

Salafi tidak mempunyai ketua. Siapa ketua salafi? tiada. Ia tidak sama seperti kelompok2 yang lainnya.

Manhaj salaf ialah manhaj yang mengikut cara beragama Nabi Muhammad Sallahualaihiwasallam dan para sahabat radhiallahuanhum ajmain.

Hadits Irbaad bin Saariyah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, patuh dan taat walaupun dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah pada Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan) kerana hal-hal yang baru itu adalah kebid'ahan dan setiap kebid'ahan adalah kesesatan" [Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud (4608), At-Tirmidziy (2676) dan Ibnu Majah ]

Jadi, untuk memahami manhaj salaf, tiada jalan lain, melainkan perlu menuntut ilmu dan istiqomah dengannya. Yakni istiqomah untuk terus berada di atas manhaj salaf yang mulia. Manhaj yang jauh dari bid'ah, penyimpangan2, dan jarum2 kekafiran.

Tidak sedikit masa yang diperlukan untuk memahami manhaj salaf. Tiada shortcut melainkan perlu kuat dan sabar mengahdapi tekanan-tekanan lainnya.

Berapa ramai yang merindui untuk bersama manhaj salaf, tetapi kerana halangan kawan-kawan dan kepentingan lainnya, mereka tersekat dalam menyatakan kebenaran.

Tiada apa yang perlu ditakutkan, kerana Allah menjamin jalan2 buat orang2 yang menginginkan kebenaran.

***semoga Allah membantu kita memilih manhaj salaf. Ya, manhaj salaf.
sila baca SAHABAT RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM MEMILIKI MANHAJ ILMIYAH di link;

http://almanhaj.or.id/content/1052/slash/0


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Al-Harraaniy dalam Majmu 'Fatawa 1/182 : Adapun sunnah para Khulafaur Rasyidin adalah sunnah yang mereka laksanakan dengan perintah dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga termasuk sunnahnya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka tidak ada dalam agama satu kewajibanpun kecuali yang telah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam wajibkan, tidak ada keharaman kecuali yang diharamkannya, tidak ada hal-hal yang sunnah kecuali yang disunnahkannya dan tidak ada kemakruhan kecuali yang dimakruhkannya serta tidak ada yang mubah kecuali yang telah dimubahkannya.


Zikri
Tasek Putra
15072012
Ramadhan Mubarak!


10 July 2012

Hayati Ramadhan (1)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Hal-hal yang dibolehkan ketika puasa

1. Mendapati waktu fajar dalam keadaan junub
2. Bersiwak(berus gigi) ketika berpuasa
3. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung asal tidak berlebihan
4. Bercumbu dan mencium isteri selama aman dari keluarnya mani
5. Bekam dan derma darah
6. Mencicipi makanan selama tidak masuk dalam kerongkongan
7. Bercelak dan tetes mata
8. Mandi dan menyiramkan air di kepala untuk membuat segar

Yang mendapat keringanan tidak berpuasa

1. Orang sakit ketika sulit berpuasa dan punya kewajiban mengqodho’ puasa nantinya.

2. Orang yang bersafar ketika sulit berpuasa dan punya kewajiban mengqodho’ puasa nantinya.

3. Orang yang sudah tua renta dan dalam keadaan lemah, juga orang sakit yang tidak kunjung sembuh. Dan jika tidak berpuasa, mereka wajib menunaikan fidyah sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” (QS. Al Baqarah: 184)

4. Wanita hamil dan menyusui. Dalam hadits Anas bin Malik disebutkan, “Sesungguhnya Allah meringankan separuh shalat dari musafir, juga puasa dari wanita hamil dan menyusui.” (HR. An Nasai dan Ahmad. Hasan).

Al Jashshosh rahimahullah menjelaskan, “Keringanan separuh shalat tentu saja khusus bagi musafir. Para ulama tidak ada beda pendapat mengenai wanita hamil dan menyusui bahwa mereka tidak dibolehkan mengqoshor shalat. ... Keringanan puasa bagi wanita hamil dan menyusui sama halnya dengan keringanan puasa bagi musafir. ...

Dan telah diketahui bahwa keringanan puasa bagi musafir yang tidak berpuasa adalah mengqodhonya, tanpa adanya fidyah. Maka berlaku pula yang demikian pada wanita hamil dan menyusui. Dari sini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara wanita hamil dan menyusui jika keduanya khawatir membahayakan dirinya atau anaknya (ketika mereka berpuasa) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak merinci hal ini.” (Ahkamul Qur’an, 1: 224)

baca artikel penuh di;
http://remajaislam.com/islam-dasar/fiqih-remaja/205-fikih-puasa-ringkas.html

Hayati Ramadhan (Mukaddimah)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Sidang pembaca sekalian, alhamdulillah, sedikit masa lagi kita akan menempuh bulan yang mulia, bulan Ramadhan Al Mubarak.

Pada bulan ini, dijanjikan Allah dengan pelbagai ganjaran dan rahmah buat orang2 yang beriman dan bertakwa.

Insyaallah, pada kesempatan yang sangat terbatas ini, saya ingin berkongsi beberapa artikel terkait Ramadhan agar menjadi panduan kita semua sebagai bekal menyambut puasa tidak lama lagi.

Semoga Allah menerima amal kita semua.

Zikri
Perak
bakal Pelajar Master of Engineering (Electrical-Power) UTM Skudai