26 January 2013

Taat pada pemimpin yang zalim

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 بسم الله الرحمن الرحيم

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia.
 “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847.

Lihat penjelasan hadits ini dalam Muroqotul Mafatih Syarh Misykah Al Mashobih, 15/343, Maktabah Syamilah)

Padahal menyiksa punggung dan mengambil harta tanpa ada sebab yang dibenarkan oleh syari’at –tanpa ragu lagi- termasuk maksiat. Seseorang tidak boleh mengatakan kepada pemimpinnya tersebut, “Saya tidak akan ta’at kepadamu sampai engkau menaati Rabbmu.” Perkataan semacam ini adalah suatu yang terlarang.
Bahkan seseorang wajib menaati mereka (pemimpin) walaupun mereka durhaka kepada Rabbnya.
Adapun jika mereka memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita dilarang untuk mendengar dan mentaati mereka. Karena Rabb pemimpin kita dan Rabb kita (rakyat) adalah satu yaitu Allah Ta’ala oleh karena itu wajib ta’at kepada-Nya. Apabila mereka memerintahkan kepada maksiat maka tidak ada kewajiban mendengar dan ta’at.

http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/4220-taat-pada-pemimpin-yang-zholim.html

10 January 2013

Siapa teman-teman antum?

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 بسم الله الرحمن الرحيم

TEMAN BERGAUL, CERMINAN DIRI ANDA

Oleh
Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc

Sebenarnya, sangat mudah mengetahui seperti apa cerminan diri Anda. Cukup dengan melihat bersama siapa saja Anda sering bergaul, seperti itulah cerminan diri Anda. Kenyataan ini telah dipaparkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ (أخيه) الْمُؤْمِنِ

Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin [1]

Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin shalat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu.

Allah Azza wa Jalla menciptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Di antara sifat ruh (jiwa) adalah dia tidak mau berkumpul dan bergaul dengan selain jenisnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan hakekat ini dengan bersabda:

الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). (Oleh karena itu), jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah) [2]

Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman [3]

Sudah dapat dipastikan, bahwa seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap temannya. Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat-sifat seseorang.

Syaikh 'Abdul Muhsin Al-Qâsim [4] berkata, "Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan teman pergaulannya. Manusia saja bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْفَخْرُ وَالْخُيَلاَءُ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ

Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan pengembala onta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing [5]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa mengembalakan onta akan berpengaruh akan timbulnya kesombongan dan keangkuhan dan mengembalakan kambing berpengaruh akan timbulnya sifat ketenangan. Jika dengan hewan saja, makhluk yang tidak punya berakal dan kita tidak tahu apa maksud dari suara yang dikeluarkannya, manusia saja bisa terpengaruh .… maka bagaimana pendapat Anda dengan orang yang bisa bicara dengan Anda, paham perkataan Anda, bahkan terkadang membohongi dan mengajak Anda untuk memenuhi hawa nafsunya serta memperdayai Anda dengan syahwat? Bukankan orang itu akan lebih berpengaruh? [6] 

04 January 2013

Wasiat Al-Albani Untuk Segenap Kaum Muslimin

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
 
WASIAT AL-ALBANI UNTUK SEGENAP KAUM MUSLIMIN


Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani


Sebagai ulama besar yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap umat ini. Imam al-Albani rahimahullah telah menyampaikan wasiat berupa nasihat dan bimbingan yang diperuntukkan kepada kaum Muslimin di seluruh dunia. Nasihat ini disampaikan pada bulan-bulan terakhir kehidupannya di dunia fana ini.

Isi wasiat, sebagai berikut :

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Jalla Jalaluhu, kami memujiNya, memohon ampunan dan pertolonganNya. Kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Siapa yang ditunjuki Allah Jalla Jalaluhu niscaya tiada yang menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkanNya tiada pula yang menunjukinya, Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah satu-stunya, tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan RasulNya.

Wasiatku kepada setiap muslim di belahan bumi manapun berada, lebih khusus kepada saudara-saudara kami yang ikut berpartisapasi bersama kami dalam penisbatan kepada dakwah yang penuh barakah ini, yaitu dakwah kepada al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai dengan manhaj Salafus Shalih.

Aku wasiatkan kepada mereka dan terutama diriku agar bertakwa kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Kemudian agar membekali diri dengan ilmu yang bermanfaat sebagaimana firman Allah Jalla Jalaluhu.

"Artinya : Dan bertakwalah kepada Allah, Allah akan mengajarimu" [Al-Baqarah : 282]

Hendaknya mereka ketahui bahwa ilmu yang baik atau benar menurut pandangan kami tidak keluar dari al-Qur'an dan as-Sunnah yang sesuai dengan manhaj dan pemahaman Salafush Shalih.

Hendaknya mereka padukan antara ilmu yang dimiliki dan pengamalannya sedapat mungkin. Dengan demikian ilmu tidak menjadi hujjah yang justru mencelakakan mereka, yang mana pada hari itu harta benda dan anak keturunan tidak bermanfaat kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.

Aku ingatkan, agar waspada dari segala bentuk kerjasama dan persekutuan dengan orang-orang yang dalam banyak hal telah keluar dan menyimpang dari jalur Salafi. Penyimpangan-penyimpangan itu sangat banyak. Bilamana dipadukan akan identik dengan sikap khuruj (keluar) yang berarti memberontak terhadap kaum Muslimin dan jama'ah mereka.

Kami hanya perintahkan agar mereka mewujudkan sebuah komunitas seperti yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih.

"Artinya : Dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara" [Hadits Riwayat Muslim, lihat Mukhtashar Shahiih Muslim no. 1775]

Hendaknya kita bergaul dengan cara yang baik dan ramah dalam berdakwah mengajak orang-orang yang menyelisihi dakwah kita. Agar sesuai dengan manhaj dan pemahaman Salafush Shalih.

Dan selamanya kita harus berpegang teguh pada firman Allah Jalla Jalaluhu.

"Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik" [An-Nahl : 125]

Orang yang paling berhak diperlakukan dengan cara hikmah adalah orang yang paling keras menentang kita dalam prinsip dan aqidah kita. Hal ini kita lakukan agar tidak tertumpu pada kita dua beban yang berat, beratnya dakwah haq yang telah dianugrahkan Allah Jalla Jalaluhu kepada kita kemudian dibebani lagi dengan jeleknya cara dakwah kita kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Aku berharap dari semua saudara-saudaraku yang berada di setiap negeri Islam, agar melaksanakan adab-adab yang Islami ini, semata-mata karena mengharap wajah Allah 'Azza wa Jalla dan tidak mengharap balasan dan tidak pula ucapan terima kasih dari manusia.

Semoga apa yang sampaikan ini telah mencukupi.

Walhamdulillahi Rabbil 'aalamin. [1]


[Disalin dari Majalah : as-Salafiyah, edisi ke 5/Th 1420-1421. hal 41-48, dengan judul asli "Hukmu fiqhil Waqi' wa Ahammiyyatuhu". Ashalah, diterjemahkan oleh Mubarak BM Bamuallim Lc dalam Buku "Biografi Syaikh Al-Albani Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini" hal. 127-150 Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i.]
_________
Foote Note.
1. Lihat Muhadditsul 'Ashri hal. 74-75
 

02 January 2013

Bersangka Baik kepada Allah Azza wa Jalla

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh
Ustadz Abu Isma'il Muslim Al-Atsari

Dunia adalah negeri ujian. Allah Azza wa Jalla menghendaki keadaan manusia berbeda-beda sebagai ujian. Ada orang Mukmin dan kafir, orang sehat dan sakit, orang kaya dan miskin, dan seterusnya. Makna semua ini, bahwa seseorang itu diuji dengan orang yang tidak seperti dia. Seorang yang kaya contohnya, dia diuji dengan keberadaan orang miskin. Sepantasnya orang kaya tersebut membantunya dan tidak menghinanya. Sebaliknya si miskin juga diuji dengan keberadaan si kaya. Sepantasnya dia tidak hasad terhadap si kaya dan tidak mengambil hartanya dengan tanpa hak. Dan masing-masing berkewajiban meniti jalan kebenaran.

Maka jika kita diuji oleh Allah Azza wa Jalla dengan kemiskinan dan kesulitan hidup, hendaklah kita menyikapinya dengan cara-cara yang telah ditunjukkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Di antara kiat-kiat menghadapi keadaan sulit tersebut adalah:

WAJIB BERHUSNU-ZHAN KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA

Yang pertama dan utama hendaklah setiap hamba berhusnu-zhan (berprasangka baik) kepada Allah Azza wa Jalla atas musibah dan kesusahan yang menimpanya. Karena sesungguhnya keimanan dan tauhid seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan husnu-zhan kepada Allah Azza wa Jalla . Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn rahimahullah berkata: "Engkau wajib husnu-zhan kepada Allah Azza wa Jalla terhadap perbuatan-Nya di alam ini. Engkau wajib mengetahui bahwa apa yang Allah Azza wa Jalla lakukan itu merupakan hikmah yang sempurna, terkadang akal manusia memahaminya atau terkadang tidak. Dengan inilah keagungan Allah Azza wa Jalla dan hikmah-Nya di dalam takdir-Nya diketahui. Maka janganlah engkau menyangka bahwa jika Allah Azza wa Jalla melakukan sesuatu di alam ini, adalah karena kehendak-Nya yang buruk. Termasuk kejadian-kejadian dan musibah-musibah yang ada, Allah Azza wa Jalla tidak mengadakannya karena kehendak buruk yang berkaitan dengan perbuatan-Nya. Adapun yang berkaitan dengan makhluk, bahwa Allah Azza wa Jalla menetapkan apa yang Dia kehendaki, itu terkadang menyusahkannya, maka ini seperti firman Allah Azza wa Jalla :

قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً

Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah, jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" [al-Ahzâb/33:17][1]

BERSABAR
Kemudian senjata hamba di dalam menghadapi kesusahan dalah kesabaran. Sabar adalah sifat yang agung. Sabar menghadapi kesusahan adalah menahan jiwa dari berkeluh-kesah, menahan lisan dari mengadu kepada manusia, dan menahan anggota badan dari perkara yang menyelisihi syari'at. Bagi seorang Mukmin sabar merupakan senjatanya untuk menghadapi kesusahan. Dan hal itu akan membuahkan kebaikan baginya.

Jika kita melihat keadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarganya, maka kita akan takjub dengan kesabaran mereka menghadapi kesusahan hidup di dunia ini. Memang mereka layak dijadikan panutan. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبِيتُ اللَّيَالِيْ الْمُتَتَابِعَةَ طَاوِيًا وَأَهْلُهُ لاَ يَجِدُونَ عَشَاءً وَكَانَ أَكْثَرُ خُبْزِهِمْ خُبْزَ الشَّعِيرِ

Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati beberapa malam berturut-turut dengan keadaan perutnya kosong, demikian juga keluarganya, mereka tidak mendapati makan malam. Dan sesungguhnya kebanyakan rotinya mereka adalah roti gandum. [2]  

Sebagai penutup, bahwa kita sebagai orang yang beriman harus meyakini bahwa apapun yang menimpa kita, jika kita menyikapinya dengan benar maka hal itu merupakan kebaikan bagi kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan keadaan orang Mukmin yang menakjubkan, yaitu karena semua urusannya baik baginya, di dalam sebuah hadits di bawah ini:

عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا ِلأَ مْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Dari Shuhaib, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Urusan seorang Mukmin itu mengherankan. Karena sesungguhnya semua urusannya itu baik, dan itu hanya dimiliki oleh orang Mukmin. Jika kesenangan mengenainya, dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika kesusahan mengenainya, dia bersabar, maka sabar itu baik baginya. [10] 

artikel lengkap, sila ke link berikut;