11 May 2012

Demokrasi membawa bencana

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Hari ini, Karpal Singh, orang besar DAP dengan lantangnya 'sound' Haji Abd Hadi Awang, Presiden PAS bahawa hukum hudud bertentangan dengan perlembagaan dan tidak akan boleh dilaksanakan.

Berita ini dibawa oleh Bernama.

http://www.malaysiakini.com/news/197587?fb_comment_id=fbc_10150945699609804_23731209_10150947265449804#f28bb4132c79c3

Sudah diingatkan oleh para ulama', bahawa sistem demokrasi tidak pun membawa faedah kepada Islam, malah ia membawa terlalu banyak mafsadah(keburukan) dan kejelakan buat umat Islam yang menyertainya.

Mereka menghalakan apa yang diharamkan oleh Allah.

Lihatlah dalam ceramah-ceramah poltik, apa yang terkandung di dalamnya?

Cacian, makian, umpatan, fitnah, aib orang dibuka dikhalayak..apakah Islam mengajar yang sedemikian?

Allahulmusta'an, semoga Allah memberikan bantuannya buat kita yang ingin mengekkan Islam, tetapi bukanlah dengan cara menyertai sistem demokrasi.

Sudah banyak syubuhat yang dibawakan oleh para pengkagum demokrasi, dan ulama sudah menjawab pelbagai soalan mereka.

Nah, marilah tunjukkan kesungguhan kita dengan mengamalkan Islam sebaiknya.

Siapa yang tidak mahukan kerajaan Islam? Hanya orang yang tidak mempunyai akal sihat yang tidak mahukan kerajaan yang adil dan amanah.

Maka, marilah berdakwah dengan petunjuk Nabi Muhammad Sallahu alaihi wasallam, iaitu mendakwahkan tauhid dan akidah sebelum mengejar kuasa dan pangkat.

Wallahua'lam.

sila baca artikel dibawah tulisan Syaikh BAdul Malik berkenaan demokrasi (part 1);

penulis: Syaikh Abdul Malik Ramadhani Al Jazairi
Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- bahwa jalan yang mengantarkan kamu kepada nikmat Islam itu hanya satu, karena Allah telah menetapkan keberuntungan hanya untuk satu golongan saja. Allah berfirman:
أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Mereka itu adalah golongan Allah. Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah, mereka itulah yang beruntung." (QS. Al Mujadillah: 22)
Allah juga menetapkan bahwa kemenangan juga hanya untuk satu golongan. Allah berfirman:
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

"Dan Barangsiapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolong, maka sesungguhnya golongan (pengikut agama) Allah mereka itulah orang yang mendapat kemenangan." (QS. Al Maidah: 56)
Kalau kita membaca ayat Al Qur'an atau hadits, maka akan kita dapatkan keterangan bahwa perpecahan umat menjadi beberapa golongan atau kelompok sangat dicela dan dibenci. Allah Ta'ala berfirman:
وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar Ruum: 31-32)
Bagaimana mungkin Allah Subhanahu wata'ala akan membiarkan umat-Nya terpecah menjadi berkelompok-kelompok setelah Dia mempersatukannya dengan tali agama- Nya. Dan Allah juga telah membebaskan Nabi-Nya Shallallahu'alaihi wasallam dari tanggung jawab terhadap orang-orang yang berkelompok-kelompok serta memberi peringatan kepadanya agar tidak terjatuh ke dalam perpecahan itu. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi berkelompok-kelompok tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka." (QS. Al An'am: 159)

Diriwayatkan dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan bahwa dia berkata:
إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفَرَّقَتْ أُمَّتِي عَلىَ ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي الناَّرِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: وَمَنْ هِيَ، ياَ رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ الْْيَوْمَ وَأَصْحاَبِي
"Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan bersabda: 'Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan Ahlul Kitab terpecah menjadi 72 gotongan dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan; 72 golongan di dalam neraka dan 1 golongan berada di surga. (Satu golongan itu) adalah Al-]ama'ah.'" (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ath Thabrani dan Iain-Iain) [1]
Ash Shan'ani rahimahullah berkata: "Penyebutan bilangan dalam hadits itu bukan untuk menjelaskan banyaknya orang-orang yang celaka dan merugi, akan tetapi untuk menjelaskan betapa luas jalan-jalan menuju kesesatan serta betapa banyak cabang-cabangnya, sedangkan jalan menuju kebenaran hanya satu. Hal itu serupa dengan apa yang disebutkan oleh para Imam Tafsir tentang firman Allah:
وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

"Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan mereka (karena jalan-jalan itu) akan memecah belah kamu dari jalan-Nya." (QS.Al An'am: 153)
Mereka mengatakan bahwa 'jalan' yang dilarang untuk diikuti dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk jamak yaitu 'subul' dimaksudkan untuk menjelaskan luas dan banyaknya jalan yang mengantarkan kepada kesesatan sedangkan jalan kebenaran dan petunjuk dalam ayat ini disebutkan dengan bentuk tunggal karena memang jalan menuju kebenaran itu hanya satu dan tidak terbagi-bagi." [lihat hadits iftiraqul ummah di atas]

No comments: