السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
oleh: abu faruq @ zikri
Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, menunjukkan contoh2 yang agung. Tiada tokoh yang dapat menandinginya. Hatta ulama atau wali songo sekalipun.
Ada antara manusia yang terlalu mengagungkan tokoh2 tertentu hingga tokoh itu kelihatan atau kedengaran lebih hebat dari Nabi Muhammad SAW.
Ada tokoh yang ditelusuri kisah hidupnya, diambil kata2 nya, tetapi ditinggalkan dan disishkan kata2 Nabi Muhammad SAW.
Ia akan membuahkan hasil yang tidak baik kerna menyelisihi Nabi Muhammad SAW.
Sebab itu pincanglah satu2 perbahasan dakwah jika kita meninggalkan hadith dari Nabi Muhammad SAW, tetapi yang dikutip, dikaji dan dibahas adalah tokoh selain dari Nabi Muhammad SAW.
Tiada masalah mengkaji tokoh2 lainnya, tetapi dengan meninggalkan terus Nabi Muhammad SAW, ia adalah sautu yang jelek.
Apatah lagi kalau tokoh itu tidak lebih hanyalah pejuang politik, pejuang hizbiyyah, yang mengagungkan kelompok dan partinya sendiri.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur-an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [An-Najm: 3-4]
Maka, para ustaz dan ustazah dalam setiap ceramah, haruslah menyelitkan hadith atau ayat alqur’an sebagai sokongan dalil atas apa yang ia katakan, atausetidaknya, apa yang ia sampaikan , haruslah selari dengan alqur’an dan assunnah.
Baru2 ini di TV3, seorang pengamal perubatan cara “Islam” menceritakan air yang terbaik selepas air zam2 ialah air kolah masjid. Maka, berderulah orang2 awam yang jahil membenarkan kata2 sang ‘ustaz’ itu, pergi ke masjid mengambil air kolah untuk tujuan perubatan.
berapa ramaikah orang yang sudah dibodohkan kerana sikap pengamal perubatan ini. Mengkisahkan suatu yang bukan dri alqur’an dan assunnah.
Anak degil ubatnya? pakaikan benang hitan yang dijampi ditangannya.
Isteri curang ubatnya? minum air kolah masjid.
Bapa main kayu tiga, ubatnya? campur air jampi sang ‘ustaz’ dalam minumannya.
Kalau inilah penyelesaiannya, ia pasti sudah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabat, generasi terbaik, generasi yang sudah menerima tentangan dan gangguan dari syaitan, jin dan syaitan bertopengkan manusia.
kekuatan jin dan syaitan di zaman rasulallah, dari logiknya, mestilah lebih kuat dari zaman sekarang, kerna mereka cuba untuk menggoda orang yang paling kuat imannya, dan paling dekat dengan rasuallah.
adapun syaitan zaman sekarang, tak perlu bagi yang kuat, cukup yang lemah sahaja, padan untuk menggoda manusia.
Hanya kerana SEBIJI BOLA, umat Islam meninggalkan solat subuh, sanggup berjaga malam untuk menonton sebiji bola.
Jadi, demikian itu, saya ingin mengajak pembaca blog ini menghayati kisah umat terdahulu, kisah yang dikisahkan oleh orang yang terhebat yang diagungkan oleh Allah SWT.
klik link berikut untuk membaca kisah 3 orang soleh yang terperangkap dalam gua, akhirnya bebas kerana amal mereka.
http://www.firanda.com/index.php/artikel/aqidah/241-muroqobatullah-tingkat-tinggi
4 comments:
sokong artikel ni. btol jgk generasi awal lagi kuat iman, lagi beso syaiton nak goda..cuma kita jarang baca dan dgr ttg gangguan jin dan syaitan dlm kalangan para sahabat dan generasi awal umat ini.
soalan:bagaimanakah adab utk menyampaikan hadis?
penah kena tegor, kalau nak petik hadis matan tak boleh ubah. [ana x ubah cuma menyampaikan dlm bahasa yg mudah difahami audiens] dan juga mesti ada riwayat siapa. [yg ni kdg xigt.. inshaAllah sdg berusaha baiki] nasib baik dia xcakap sanad pun kena hafal juga..[walaupun mmg spatutnya kena hafal. tp memory storage RAM je..xlekat lama]
jadi, kdg2 tak terpetik hadis rasulullah dlm penyampaian sbb biasanya susunan matan tu ana x hafal sgt..cuma tau la basically hadis tu ttg apa..
jzkk..
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh ditanya : Saya tidak mampu menjadi “Syaikh Rabbani”, karena saya tidak mempunyai kecerdasan yang kuat, dan alasan-alasan lainnya, apa nasihat Syaikh kepadaku?
Jawaban.
Saya menasehatimu sebagaimana saya telah menasehati saudaramu sebelum ini, bukanlah syarat penuntut ilmu itu harus menjadi seorang alim rabbani. Mintalah kepada Allah Jalla Jalaluhu petunjuk, dan anda tidak mengetahui jika anda mampu untuk menekuni ilmu dan menjadi seorang alim yang terkemuka, apakah ini baik ataukah malah bencana bagimu ?
Tujuan menuntut ilmu adalah.
[1]. Anda berniat menghilangkan kebodohan dari diri anda
[2]. Mengharapkan ridha Allah Jalla Jalaluhu, karena anda telah menempuh jalan untuk menunutut ilmu.
[3]. Anda berniat agar hati dan anggota tubuh menjadi baik.
Maka tuntuntlah ilmu, jika Allah Jalla Jalaluhu menempatkan anda kedudukan seorang alim rabbani, ini adalah karunia dan nikmat Allah Jalla Jalaluhu, dan pengetahun tentang hal ini hanya ada padaNya. Dan kalau tidak demikian halnya, maka anda adalah seorang penuntut ilmu. Allah Jalla Jalaluhu berfirman.
“Artinya : Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan” [Al-Qashas : 68]
Saya memohon kepada Allah Jalla Jalaluhu agar memberi petunjuk bagi anda dan saudara-saudara anda sekalian, dan bagi seseorang yang mengharapkan kebaikan dan belum mendapatkan apa yang ia harapkan, (saya nasehati dengan syair dari Syinqithi).
“Wahai pemuda janganlah berburuk sangka terhadap ilmu, karena sesungguhnya, buruk sangka terhadap ilmu adakah kebinasaan”.
[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 02 Dzulqo’dah 1423/Januari 2003. Diterbitkan : Ma’had Ali Al-Irsyad Jl Sultan Iskandar Muda 45 Surabaya]
to GMS;
saya bukanlah pakar dalam ilmu hadith, dan saya ingin menyampaikan apa yang termampu yang saya miliki.
saya sarakan agar lebih berhati2 dalam penyampaian ilmu terlebih ilmu agama.
jika ia menyangkut ilmu hadith, diutamakan agar menyampaikan secara jelas matannya. jika tidak mengingat, biar dipastikan hadith itu tepat dan benar mengikut hadith yang dipelajari, dalam masa yang sama beristigfar kepada Allah kerana kelemahan kita dalam mengingati ilmu hadith yang dipelajari.
ini boleh ditingkatkan dengan memperbanyak hafalan al-qur'an, memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi maksiat.
semoga Allah merahmati semua penuntut ilmu agama yang ikhlas kepada Allah.
"Tujuan menuntut ilmu adalah.
[1]. Anda berniat menghilangkan kebodohan dari diri anda
[2]. Mengharapkan ridha Allah Jalla Jalaluhu, karena anda telah menempuh jalan untuk menunutut ilmu.
[3]. Anda berniat agar hati dan anggota tubuh menjadi baik."
alfu syukron utk quot diatas ni. penerangan yang jelas. jazakallah khoyran ats masukan. alhamdulillah byk manfaat kat site ni.
Post a Comment